PT Waskita Karya (Persero) Tbk melalui anak usahanya, PT Waskita Toll Road memprakarsai pembangunan tol atas laut di Kalimantan. Tepatnya di Teluk Balikpapan yang membelah kota Balikpapan dan kota Penajam di Kalimantan Timur (Kaltim).
Pembangunan tol sepanjang enam kilometer tersebut ditargetkan rampung dalam kurun waktu 3,5 tahun. Saat ini perseroan dalam tahap penyiapan proyek, termasuk melakukan studi kelayakan. Waskita memperkirakan total investasi yang dibutuhkan untuk membangun tol tersebut mencapai Rp10 triliun.
“Ini benar-benar di atas laut yang dalam, maka studinya tidak bisa main-main, sedang kami siapkan,” kata Direktur Utama Waskita Karya, Gusti Ngurah Putra, dikutip dari Okezone, Senin (28/1/2019).
Dalam menggarap proyek ini, Waskita Toll Road berkongsi dengan pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Anak usaha BUMN itu menggenggam 60 persen saham di badan usaha jalan tol PT Tol Teluk Balikpapan, sisanya dimiliki pemerintah daerah.
Berbeda dengan jalan tol atas laut di Bali, pembangunan tol atas laut Balikpapan ini akan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Hal ini dikarenakan kondisi dasar air laut lebih dalam jika dibandingkan jalan tol di Bali.
Putra menjelaskan, pembangunannya sendiri menggunakan model struktur cable stayed bridge, yaitu struktur jembatan yang menggunakan sistem kabel. Kabel tersebut ditarik dari struktur jalur jalan ke menara tunggal untuk diikat dan ditegangkan.
Sementara konstruksinya juga menggunakan sistem balanced cantilever. Dengan sistem itu, gelagar jembatan dapat dibangun tanpa adanya kontak dengan tanah sehingga memungkinkan dibangun di atas air. Hanya saja, kesulitan dalam pembangunan tol atas laut tersebut adalah adanya palung laut sedalam 30 meter di Teluk Balikpapan.
Kehadiran tol atas laut tersebut diharapkan mampu memangkas waktu tempuh para penduduk Balikpapan dan Penajam menjadi 15 menit. Selama ini dengan jalur yang ada, para pelintas harus menempuh waktu hingga lima jam via jalur darat dan dua jam mengandalkan kapal kelotok maupun feri untuk menuju Balikpapan maupun Penajam.
Putra juga berharap tol tersebut bisa memberi manfaat, khususnya bagi penduduk Penajam hingga ke arah Kalimantan Selatan, yang selama ini mengandalkan angkutan barang menggunakan kapal untuk di bawa ke Kalimantan Timur.
Yang terpenting dari keberadaan jembatan tol itu adalah bisa memajukan Penajam Paser Utara sekaligus memeratakan pembangunan bersama sebagai kota di teluk. Terlebih kedua kota ini, Balikpapan dan Penajam Paser Utara, tengah berkembang menjadi kota industri. Dengan adanya jalan tol atas laut ini harapannya pertumbuhan ekonomi di dua wilayah tersebut lebih cepat.
Pembangunan fisik jembatan penghubung di atas Teluk Balikpapan tersebut merupakan ide atau gagasan mantan Bupati Penajam Paser Utara Yusran Aspar dan Wakil Bupati Mustaqim MZ sejak 2014. Proyek tersebut sebetulnya ditargetkan mulai dikerjakan pada Oktober atau November tahun lalu.
Direktur Utama PT Waskita Toll Road Herwidiakto mengatakan bahwa izin prakarsa dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono tersebut terbit pada 13 Maret 2018.
Teluk Balikpapan merupakan wilayah penting bagi tiga kota di Kaltim; Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Kutai Kartanegara (Kukar). Perairan yang terhubung langsung dengan Sungai Mahakam ini sudah terbukti menyimpan kekayaan berbagai keanekaragaman hayati pulau Borneo.
Koalisi lembaga swadaya masyarakat (LSM) Balikpapan Stabil, mencatat ada 2.436 hektare hutan mangrove di daerah aliran sungai (DAS) Balikpapan, serta 28,49 hektare terumbu karang dan lamun. Perairan ini pun merupakan habitat alam mamalia laut pesut mahakam dan dugong yang populasinya kian mengkhawatirkan.