Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih jalur darat ketika mengecek pembangunan Trans Kalimantan meski ada pilihan peninjauan melalui pemantauan udara. Apa alasan Jokowi?
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menceritakan tentang ngototnya Jokowi meninjau lewat jalur darat bergelombang itu. Apalagi, menurut Puan, peninjauan itu memakan waktu tempuh 9 jam.
“Ini kanan-kirinya hutan. Saya sampai tanya Pak Presiden, ‘Pak Presiden, bapak ini presiden, kenapa kita nggak naik helikopter aja pak? Kenapa naik darat?'” kata Puan saat mengisi kuliah umum di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (7/2/2019).
“Karena jalanannya itu kayak off-road, mungkin hanya TNI aja yang bisa naik off-road,” imbuh Puan.
Saat itu menurut Puan, ada 3 perempuan lain yang mengikuti peninjauan itu selain dirinya, yaitu Ibu Negara Iriana dan Menteri Kesehatan Nila Moeloek. Sepanjang perjalanan disebut Puan tidak ada kehidupan selain kantor-kantor polisi.
“Presiden kemudian menyampaikan, ‘Bu Menko, saya mau lihat bagaimana Trans Kalimantan itu. Sudah terbangun apa belum? Kalau kita nggak ikut jalan di Trans Kalimantan itu, kita nggak akan tahu sebetulnya sudah selesai apa belum’,” ujar Puan.
“(Saya bilang) kan bisa lihat dari helikopter, dari atas. (Jokowi menjawab) ‘Nggak, biar saya tahu juga mana yang diberi aspal, mana yang belum’,” imbuh Puan.
Setibanya di pos perlintasan negara di Kalimantan, Puan merasa bangga. Sebab menurut Puan, pos perlintasan itu lebih baik dibanding negara tetangga.
“Begitu nyampe di pos lintas negara itu saya bangga sekali karena perbedaan pos lintas yang ada di negara kita, perbedaannya itu kayak bumi dan langit, kalau boleh saya katakan. Jadi orang-orang negara tetangga itu datang untuk foto, karena bagus sekali, bendera Merah Putih berkibar besar sekali dan lambang Garuda Pancasila,” kata Puan.
Pada kesempatan itu, Puan juga mengingatkan kepada perwira mahasiswa Seskoal soal bela negara sesungguhnya. Menurutnya, salah satu bela negara yang bisa dilakukan yakni melakukan studi banding dengan menyampaikan keberhasilan Indonesia.
“Menurut saya studi banding bukan hanya pertukaran mahasiswa dan pendidikan tapi harus bisa menyampaikan pemikiran kita sebagai orang Indonesia jadi sudah ada pemikiran kerangka yang besar. Tapi ada orang yang bisa menyampaikan apa yang telah dilakukan Indonesia. Ternyata Indonesia punya SDM yang lebih baik daripada negara,” kata dia.
Sementara itu, Danseskoal Laksamana Muda TNI Amarulla Octavian mengaku sudah menyiapkan ide untuk mengembangkan SDM Kemaritiman, salah satunya yakni mendirikan Universatis Maritim Indonesia.
“Memang ada ide baru rencana ke depan untuk memenuhi sumber daya maritim. Salah satunya kita mendirikan Universitas Maritim Indonesia diyakini bisa memenuhi SDM dari aspek akademisi dan maupun praktisi. Seskoal siap menjadi intisari pembentukan universitas maritim dan siap mengembangkan ilmu kemaritiman dan kelautan,” kata Octacvian.