Titik panas (hotspot) di Kalimantan Barat, terus bertambah menjadi lebih dari 1.000 titik panas. Sementara, kabut asap menyelimuti kota Pontianak. Warga pun mulai mengenakan masker ketika berada di luar rumah.
“Kabut asap ini, seperti bukan hal baru. Ini berulang setiap tahun. Seperti inilah imbasnya di Pontianak. Di dalam rumah saja, aroma seperti bau asap pohon terbakar. Ada abu-abu tipis, beterbangan,” kata Andi, warga Pontianak Tenggara, kepada merdeka.com, Kamis (16/8).
“Memang seperti ini kalau lagi musim kemarau, seperti musim kering. Memang ada sesekali hujan. Tapi sangat kecil intensitasnya, tidak merata. Apalagi, cuaca di Kalimantan ini nyaris tidak bisa diperkirakan. Dibilang kemarau, ada hujan. Dibilang musim hujan, benar-benar panas terik,” tambahnya.
Sementara, Kapolda Kalimantan Barat Irjen Pol Didi Haryono, beserta jajarannya hari ini menggelar Salat Istisqa meminta hujan, di kompleks Mapolda Kalbar, agar turun hujan untuk mengurangi kabut asap di kota Pontianak.
“Kami seluruh jajaran Polda Kalbar, berikut jajaran Polres-Polres melaksanakan salat Istisqa memohon hujan kepada Allah SWT,” kata Didi, dalam keterangan tertulisnya.

Didi juga memerintahkan kembali kepada seluruh jajarannya, untuk mengusut dan menindak tegas oknum yang terbukti melakukan pembakaran hutan dan lahan.
Sementara, BMKG melansir, titik panas terus bertambah, tersebar merata di 14 kabupaten dan kota. Diolah dari pengolahan data LAPAN, hingga pukul 07.00 WIB pagi ini tadi, tercatat ada 1.075 hotspot. Padahal, pada 15 Agustus 2018 tercatat 786 hotspot dan 13 Agustus 2018 ada 450 hotspot.
Kabupaten Sanggau menempati posisi teratas dengan 200 hotspot, disusul 152 hotspot di Kabupaten Landak, kabupaten Ketapang dan Kubu Raya 123 hotspot serta Kabupaten Sintang 112 hotspot.