Kelapa sawit Indonesia kerap diserang kampanye hitam oleh Eropa dan Amerika Serikat (AS). Terkini, maskapai asal Belanda, KLM, mengajak masyarakat agar tidak menggunakan minyak sawit sebagai bahan olahan makanan.
Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak berdiam diri menyikapi hal ini. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku sudah bertemu dengan mentan asal Spanyol, Jerman, dan Denmark menyoroti permasalahan tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Amran menjelaskan bahwa kampanya hitam yang dilakukan oleh Eropa dan AS bisa mengarah pada kerusakan lingkungan dan kerusakan hutan. Kerusakan ini terjadi akibat petani kehilangan pekerjaan dan mulai beralih ke pekerjaan lain.
“Kalau Anda melakukan black campaign sehingga harga CPO turun, artinya apa? Ini petani-petani yang 30 juta orang bisa bergerak tempat lain. Pasti mencari makan lagi kan? Mencari makan dengan menebang hutan. Secara tidak langsung kalau ada black campaign menyebabkan kerusakan hutan, kan? Benar enggak secara logika?” ujar Amran, ditemui di Desa Kota Tengah, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada Senin, 27 November 2017.
Jika petani tidak mendapatkan pekerjaan baru, hal tersebut bisa berdampak pada peningkatan kemiskinan. Jika angka kemiskinan naik, maka secara tidak langsung turut menyumbang meningkatnya angka kriminalitas di Indonesia.
Tidak hanya itu, dampak kerusakan lingkungan lainnya akibat kampanye hitam kelapa sawit ini ialah mengancam habitat makhluk hidup. Hal ini justru bertentangan dengan semangat AS dan Eropa yang rajin mengampanyekan perawatan lingkungan.
“Nah, saya beritahu juga. Orang utan saja yang di kalimantan itu menjadi perhatian negara-negara Eropa. Ini orang betulan. Jadi dampaknya ke mana-mana,” katanya.
Cara pendekatan yang disampaikannya, menurut Amran dapat diterima oleh beberapa Mentan dari Eropa, khususnya Denmark. Kata Amran, Mentan Denmark setuju jika kampanye hitam sawit bisa berdampak pada kerusakan lingkungan dan mengurangi tingkat kesejahteraan yang bisa meningkatkan kriminalitas.
“Ini harus pendekatannya holistik. Ada community walfare, ada pendekatan kesejahteraan. Karena kalau ini 30 juta (petani sawit dan komunitas lainnya yang bergantung terhadap sawit) begerak, karena harga CPO turun, apa jadinya? hutan rusak. kriminalitas meningkat. ISIS yang harus kita cegah bersama,” tegasnya.
Tidak Gunakan Dumping
Salah satu tuduhan yang dilayangkan AS dan Uni Eropa kelapa sawit Indonesia menggunakan dumping. Amran dengan tegas bahwa kelapa sawit Indonesia sama sekali tidak menggunakan dumping
“Enggak ada. Kan bisa kelihatan. Enggak ada dumping. Yang terpenting dulu tadi, lingkungan aku setuju. Kesejahteraan komunitas sawit lebih penting,” kata Amran.