Pemerintah China pada Rabu menyatakan akan memberikan bantuan keuangan sebesar 200 ribu Euro atau sekitar Rp3,2 miliar untuk program keamanan nuklir Ukraina.
“China akan mendonasikan 200 ribu Euro untuk program bantuan teknis keamanan dan keselamatan nuklir Ukraina, yang bertujuan memperkuat keamanan fasilitas nuklir Ukraina dengan langkah nyata,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, seperti dikutip harian Global Times.
Pernyataan Beijing muncul setelah Kyiv mengatakan pembicaraan diplomatik antara Ukraina dan Rusia mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia mengalami kebuntuan. Ini terjadi saat pertempuran di sekitar pembangkit yang dalam kendali Rusia itu terus berlangsung selama lebih dari setahun.
Menteri Energi Ukraina German Galushchenko juga menyebutkan, laporan petugas Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang ditempatkan di pembangkit tersebut mengindikasikan bahwa Rusia bersikap sangat tidak profesional di wilayah itu.
“Misi IAEA memastikan bahwa Rusia mengoperasikan pembangkit tersebut sedemikian rupa sehingga kondisi peralatan dan fasilitas di PLTN Zaporizhzhia memburuk secara signifikan. Ada kecurigaan bahwa tujuan para penyerang itu adalah meninggalkan PLTN dalam keadaan tidak berfungsi setelah perang selesai,” ujar Galushchenko.
Zaporizhzhia merupakan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa dan 10 terbesar di dunia yang telah berada dalam kendali Rusia sejak Maret 2022, tidak lama setelah dimulainya perang Ukraina. Ketakutan akan bencana nuklir terus menghantui di tengah laporan serangan di sekitar wilayah tersebut.