Pemkot Samarinda bersama DPRD akan mulai membahas APBD Perubahan 2017, pekan depan. Namun, bukannya meningkat, kocek Pemkot Samarinda justru berpotensi menurun di APBD Perubahan.
Sekadar informasi, APBD 2017 Samarinda diketok diangka Rp 2,4 triliun. Namun, jumlah ini akan menurun hingga kisaran Rp 2,2 triliun di APBD Perubahan. “Kemungkinan akan ada kegiatan yang didelay (tunda),” kata Sekretaris Kota (Sekkot) Samarinda, Sugeng Chairuddin.
Defisit yang terjadi pada keuangan pemkot diperkirakan lebih dari Rp 100 miliar. “Tapi, utang dengan pihak ketiga tetap kita alokasikan,” kata Sugeng.
Pemkot Samarinda diwajibkan mengembalikan dana lebih salur dari pemerintah pusat. Totalnya mencapai Rp 171 miliar. Pengembalian dana lebih salur ini, kata Sugeng, diangsur selama tiga kali tahun anggaran. “Jadi, tahun ini kami kembalikan sebesar Rp 59 miliar dulu,” kata Sugeng.
Tidak hanya itu, sejumlah proyeksi Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga lepas dari target. Contohnya, pendapatan dari sektor parkir. “Semula, parkir inikan kami rencananya mau kerjasama dengan Samsat. Jadi, kami proyeksi PAD dari parkir cukup tinggi. Ternyata, kerjasama dengan Samsat, tidak bisa,” urai Sugeng.
Target pendapatan dari PDAM, lanjut Sugeng, terpaksa ditunda hingga 2018. Sugeng menyebut, PDAM sejatinya sudah untung sekitar Rp 10 miliar di triwulan II, ini. “Tapi, regulasinya tidak memungkinkan. Akhirnya kami tunda sampai 2018,” katanya.
Sebelumnya, PDAM ditarget memberikan pemasukan ke kas daerah sebesar Rp 2 miliar. “Syaratnya, layanan PDAM sudah mencakup 80 persen warga. Kemudian ada deviden. Di 2016, untungnya hanya Rp 74 juta. Tapi, tahun ini sudah untung Rp 10 miliar. Namun, terganjal regulasi,” urai Sugeng.
Di pembahasan APBD Perubahan, pekan depan, Sugeng memastikan turut membahas nasib proyek pengendalian banjir, yang semula dianggarkan dengan pola multiyears contract (MYC), menjadi skema tahun tunggal. “Iya, kami (pemkot) maunya tahun tunggal saja. Tapi, tergantung DPRD, setuju atau tidak,” tutur Sugeng.