Banjarmasin – Kasus meninggalnya seorang pelancong asal Kota Banjarmasin, Sania Natalia, di lokasi objek wisata Sungai Amandit, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada Selasa (19/6) lalu, disesalkan oleh praktisi pariwisata Kalimantan Selatan. Sania tewas terseret arus Sungai Amandit ketika asyik menikmati aliran sungai.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kalimantan Selatan, A Jono Purwadi, mengatakan kematian Sania di lokasi pariwisata alam andalan Kalsel itu sangat tragis. “Ini keprihatinan mendalam bagi kami para insan pariwisata Banua,” kata A. Jono Purwadi kepada Banjarhits.id, Jumat (22/6/2018).
Jono menyatakan seorang pelancong yang tewas tenggelam di lokasi wisata Loksado menjadi catatan buruk kepariwisataan Kalimantan Selatan. Menurut dia, kematian Sania harus menjadi pelajaran bagi semua. “Sampai saat ini Loksado sebagai kawasan wisata yang sudah mendunia belum ada pengelolaan yang memadai,” ucap Jono.
General Manager Borneo Indo Tour & Travel, itu menyesalkan kawasan wisata sekelas Loksado dikelola sembrono karena tidak ada badan pengelola yang bertanggung jawab terhadap segala kegiatan wisata di lokasi tersebut. Selain itu, kata Jono, belum ada regulasi yang mengikat semua pihak yang terlibat dalam segala kegiatan wisata di Loksado.
Jono menilai objek wisata di Kalimantan Selatan mayoritas belum dikelola secara profesional. Menurut dia, pengelolaan objek wisata di Kalsel terkesan apa adanya tanpa regulasi sebagai pijakan hukum. Asal tahu saja, Kecamatan Loksado menawarkan wisata alam yang menawan. Selain Loksado, Kalsel mulai menggarap potensi wisata alam lain untuk menarik minat pelancong.
Ia mengingatkan kondisi alam tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Apalagi kerusakan lingkungan beberapa kali telah memicu bencana alam banjir dan tanah longsor yang merusak infrastuktur dan mengancam keselamatan manusia.
“Maka regulasi yang mengikat semua pihak yang terlibat dalam kegiatan wisata di kawasan ini baik pemerintah daerah, wisatawan, pengelola, pemandu wisata, agen perjalanan dan lain-lain mutlak harus ada dan dipatuhi oleh semua pihak,” ujar Jono.
Kebutuhan badan pengelola dan regulasi objek wisata sangat mendesak di Kalsel. Jono pun mengusulkan pelibatan perusahaan asuransi untk masuk ke Loksado memberi jaminan santunan jika terjadi suatu musibah. Kematian Sania mesti dijadikan pijakan untuk bersama-sama menyusun regulasi yang diperlukan.
Di kawasan Loksado, Jono kerap menyorot aspek keselamatan pengunaan lanting saji (lanting berstandar keselamatan rendah) dalam wisata arung jeram (Bamboo Rafting) di Sungai Amandit. Selain bamboo rafting Loksado, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor kerap menggadang lokasi bamboo rafting di Desa Kiram, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar.
Ia menyesalkan ketidakpedulian Dinas Pariwisata Provinsi Kalsel, Dinas Pariwisata Kabupaten HSS, maupun pihak teknis lainnya atas faktor keselamatan pelancong. “Bahkan spot iklan berupa video dari salah satu stasiun televisi di Banjarmasin pun juga menampilkan film lanting saji. Sungguh ketidakmengertian atau kecuekan yang memprihatinkan,” ujar Jono Purwadi.
Jono mengingatkan sejak dulu ujung (buntut depan) lanting itu utamanya berfungsi sebagai pengaman, selain memberi nilai estetika sebagai ciri khas lanting Loksado.
“Tetapi mengapa penggunaan lanting saji yang ujung depannya rata, tidak ada ujung (buntut) di depannya, berarti tidak ada pengamannya terus berlanjut dan dibiarkan untuk kegiatan wisata,” ia bertanya-tanya.
Menurut dia, ujung lanting (buntut) berfungsi membuat gerak lanting yang didorong oleh arus jeram menjadi lebih stabil dan fleksibel. Selain itu, menghindari terjadinya benturan langsung antara lanting dengan batu-batu yang banyak terdapat di sepanjang aliran Sungai Amandit.
Adapun lanting saji yang rata bagian depannya mudah terperosok ketika ada benturan dengan batu. Permukaan lanting yang rata kerap kesulitan menghindari benturan batu di depannya yang berakibat fatal.
“Penumpang bisa terlempar dan lanting itu akan hancur karena hempasan keras tersebut. Bukankah hal ini sudah beberapa kali terjadi yang menimbulkan kerugian bagi wisatawan. Apa perlu menunggu sampai terjadi korban jiwa,” kata Jono.