Ketidakpastian perekonomian global, membuat negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) terkena imbasnya. Ancaman resesi kini sudah mendekati Singapura dan Thailand.
Mantan Menteri Keuangan dan ekonom senior M. Chatib Basri menjelaskan, negara-negara ASEAN memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap perekonomian global, sehingga paling rawan terkena resesi.
“Singapura sangat tergantung ke global. Thailand ke turis,” tutur Chatib, kepada CNBC Indonesia.
Proyeksi Chatib tersebut senada dengan perkiraan banyak ekonom dan analis jika Singapura menjadi negara ASEAN yang paling rawan terkena resesi.
Ekonom Maybank Chua Hak Bin menjelaskan Singapura sangat bergantung kepada pergerakan ekonomi Amerika Serikat (AS). Melambatnya ekonomi AS membuat ekonomi Singapura bisa ikut macet.
AS adalah mitra dagang untuk barang terbesar ketiga untuk Singapura setelah China dan Malaysia. Namun, AS merupakan pasar terbesar Singapura untuk ekspor jasa.
Perekonomian Singapura juga sangat terbuka sehingga ketidakpastian global akan langsung berimbas ke negara tersebut. Peringkat Heritage Foundation’s 2021 Index of Economic Freedom menempatkan Singapura menempati urutan pertama sebagai negara dengan perekonomian paling terbuka di dunia.
“Saya perkirakan Singapura akan menjadi yang pertama (negara ASEAN yang terkena resesi),” tutur Chua, kepada CNBC International.
Chua menambahkan permintaan domestik hanya berkontribusi kecil terhadap perekonomian Singapura sehingga konsumsi domestik tidak mampu menopang perekonomian.
Berdasarkan data Bank Dunia, nilai perdagangan barang dan jasa Singapura setara dengan 185% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Ekspor barang Singapura mencapai SG$ 969,1 miliar pada 2020, turun dibandingkan SG$ 1,022 miliar pada 2019. Dari sisi produksi, sektor jasa memegang peranan sekitar 75% dalam perekonomian, termasuk jasa yang terkait ekspor.
Thailand Terancam Resesi, Indonesia Aman?
Selain Singapura, Thailand menjadi negara ASEAN yang paling terancam oleh resesi. Negara Gajah Putih rawan terkena resesi, terutama karena besarnya ketergantungan mereka terhadap sektor pariwisata.
Sektor pariwisata berkontribusi 11% terhadap PDB pada pra-pandemi. Setidaknya 40 juta turis mengunjungi Thailand dan mendatangkan penerimaan sebesar US$ 60 miliar.
Pandemi datang dan Thailand hanya kedatangan 6,7 juta wisatawan pada 2020 dan 428.000 wisatawan pada 2021. Rendahnya kunjungan membuat ekonomi mereka jeblok. PDB Thailand terkontraksi 6,2% (yoy) pada 2020. Ekonomi Thailand tumbuh 1,6% pada tahun lalu, terendah dibandingkan 10 negara Asia lainnya.
Salah satu penyumbang terbesar industri Thailand adalah turis dari China. Sebanyak 12 juta turis China mengunjungi Thailand pada 2019 atau sebelum pandemi tetapi jumlahnya menyusut hingga menjadi 13.043 wisatawan pada 2021.
“Wisatawan belum kembali mengunjungi kawasan Asia Tenggara, termasuk wisatawan China. Selama turis China belum kembali, maka perekonomian Thailand akan tetap sulit bangkit,” tutur Irvin Seah, ekonom senior DBS Group Research.
Perekonomian Thailand juga dikembangkan dengan berorientasi ekspor dan bersandar ke sektor jasa. Ekspor barang dan jasa berkontribusi 74% dari PDB. Ekspor Thailand ambles 20,41% pada 2020 menjadi US$ 257,70 miliar.
Perlambatan ekonomi Eropa juga akan berimbas ke ASEAN karena besarnya ekspor kawasan tersebut ke Benua Biru. Nilai ekspor ASEAN ke Uni Eropa menembus 136 miliar euro pada 2021, naik 120 miliar euro dibandingkan tahun sebelumnya.
Ekonom senior Asian Development Bank (ADB) James Villafuerte mengatakan dampak perlambatan ekonomi Eropa ke kawasan ASEAN akan berbeda kepada masing-masing negara. Vietnam dan Malaysia merupakan negara yang diproyeksi terimbas besar dari perlambatan ekonomi Eropa.
Sebanyak 115% ekspor Vietnam dikirim ke Uni Eropa sementara Malaysia sebesar 10%. Lalu, negara ASEAN mana yang aman dari resesi global?
“Indonesia dan Filipina lebih terlindungi dari dampak perlambatan global dan resesi AS karena orientasi ekonominya lebih ke domestik,” ujarnya.
Pengalaman pada 2008/2009 membuktikan bagaimana Indonesia masih tahan banting selama periode krisis finansial. Sebaliknya, Singapura dan Thailand ambruk.
Sebagai catatan, krisis finansial pada 2008/2009 menyeret perekonomian Amerika Serikat ke jurang resesi. Perekonomian global juga terimbas parah karena krisis keuangan menyebar ke jalur perdagangan.
Perdagangan global hanya tumbuh 2% pada 2008, turun jauh dibandingkan pada 2007 yang tumbuh 6%. Pada 2008, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 6% kemudian melambat ke 4,8% pada 2009.
Sementara itu, ekonomi Singapura terkontraksi 2% pada 2009 setelah tumbuh 1,4% pada 2008. PDB Thailand terkontraksi 2,3% pada 2009, terendah dalam 12 tahun padahal pada 2008 masih tumbuh 2,6%.
Source : CNBC