Ida Ayu Lidya Nareswari Manuaba
Hi sobat! Kalian merasa gak sih kalau bumi semakin panas? Perubahan iklim, dan peningkatan suhu yang ekstrem, jumlah salju dan juga es menurun, permukaan air laut semakin naik. Kira-kira penyebabnya apa ya? Yap benar banget! Hal ini didasari oleh aktivitas manusia, terutama penggunaan bahan bakar fosil dan emisi karbon dioksida yang dihasilkan. Dengan kondisi seperti ini semakin banyak ajakan untuk menghitung jejak karbon yang kita hasilkan dan juga upaya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi jejak karbon. Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) terbaru yang diterbitkan pada tahun 2021 dan juga laporan dari BBC Indonesia News, dalam kurun waktu sepuluh tahun sejak tahun 2011 hingga 2020, tercatat peningkatan suhu bumi sebesar 1,09°C.[1]Selain itu, IPCC juga menemukan bahwa muka air laut naik 3X lipat (tiga kali lipat) pada akhir tahun 2020 dibandingkan tahun 1901-1971.[2]
Tau gak sih jenis polutan apa yang dihasilkan oleh gas rumah kaca? Ya benar banget! Jenis polutan yang dikeluarkan adalah hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx) dan karbon monoksida (CO) bila dibiarkan secara terus menerus maka zat tersebut tidak bisa di sintesis oleh alam dan akan menumpuk di lapisan ozon. Maka dari itu sangat penting bagi individu, komunitas, dan juga negara untuk melakukan tindakan proaktif untuk mengurangi jejak karbon mereka. Dengan cara meminimalkan emisi rumah kaca dan menerapkan praktik berkelanjutan, kita dapat mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim dan berupaya membangun masa depan yang berkelanjutan.
Demi mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim yang terjadi, Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) melalui United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) telah berkoordinasi bersama negara-negara di seluruh dunia melalui perjanjian global, perjanjian tersebut dikenal dengan nama Paris Agreement yang ditandatangani pada 23 April 2016 di Paris, Prancis oleh 195 negara anggota PBB termasuk Indonesia. Inti dari perjanjian tersebut adalah mewajibkan semua negara anggota PBB untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca. Dan Indonesia juga telah meratifikasi Paris Agreement melalui Undang-Undang No. 16 tahun 2016.[3] Hal ini merupakan bukti nyata bahwa pemerintah Indonesia turut aktif terlibat dalam upaya membatasi produksi gas rumah kaca demi mengurangi dampak pemanasan global. Dan juga sebagai bukti komitmen yang serius untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk menerapkan pembangunan berimisi rendah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2020-2024. Pemerintah telah mengambil langkah konkret dalam mewujudkan pembangunan beremisi rendah dengan menerapkan pajak Pigouvian dalam bentuk pajak karbon, dengan tujuan mengurangi dampak negatif eksternalitas yang disebabkan oleh produksi emisi karbon.
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi emisi karbon dan poin-poin penting yang dapat dilakukan dalam memerangi perubahan iklim, yaitu sebagai berikut:
- Konservasi dan Efisiensi Energi
Salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi jejak karbon yaitu melalui tindakan konservasi dan efisiensi energi. Dengan mengoptimalkan penggunaan energi di sektor perumahan, sektor industri dan komersial, maka kita bisa secara signifikan mengurangi jejak karbon. Akan tetapi hal ini hanya bisa dicapai melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:- Meningkatkan insulasi bangunan untuk mengurangi kebutuhan pemanasan dan pendinginan.
- Transisi ke peralatan dan perlengkapan hemat energi.
- Mempromosikan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, untuk menggantikan produksi energi berbasis bahan bakar fosil.
- Transisi ke Energi Terbarukan
Beralih dari sumber energi berbasis bahan bakar fosil ke alternatif terbarukan adalah langkah penting dalam mengurangi emisi karbon. Pemerintah dan individu harus berinvestasi dalam infrastruktur energi terbarukan dan mendukung pengembangan teknologi bersih. Sumber energi terbarukan menawarkan banyak manfaat, termasuk pengurangan emisi karbon, keamanan energi, dan penciptaan lapangan kerja. Dengan merangkul tenaga surya, angin, pembangkit listrik tenaga air, dan panas bumi, kita dapat mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil dan berkontribusi pada masa depan energi yang berkelanjutan. - Transportasi Berkelanjutan
Transportasi adalah penyumbang signifikan terhadap emisi karbon. Untuk mengatasi masalah ini, kita harus memprioritaskan alternatif transportasi berkelanjutan:
- Mempromosikan sistem transportasi umum dan meningkatkan aksesibilitas dan efisiensinya.
- Mendorong penggunaan kendaraan listrik (EV) dan mengembangkan infrastruktur pengisian daya yang diperlukan.
- Mendukung moda transportasi aktif seperti berjalan kaki dan bersepeda, terutama untuk jarak pendek.
- Mendorong inisiatif carpooling dan ride-sharing untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan
- Pertanian Berkelanjutan dan Pilihan Makanan
Sektor pertanian bertanggung jawab atas sebagian besar emisi gas rumah kaca global. Dengan mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan, kita dapat mengurangi jejak karbon yang terkait dengan produksi pangan:- Menerapkan metode pertanian organik yang mengurangi penggunaan pupuk sintetis dan pestisida.
- Mendukung teknik pertanian regeneratif, seperti rotasi tanaman dan pengolahan tanah konservasi, untuk meningkatkan kesehatan tanah dan penyerapan karbon.
- Mempromosikan konsumsi makanan lokal dan musiman untuk mengurangi emisi dari transportasi.
- Dorong pengurangan konsumsi daging dan rangkul pola makan nabati, karena produksi ternak merupakan sumber emisi metana yang signifikan.
- Pengelolaan dan Daur Ulang Limbah
Pengelolaan dan daur ulang limbah yang tepat memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon dan meminimalkan pencemaran lingkungan:
- Promosikan daur ulang dan pengomposan untuk mengalihkan limbah dari tempat pembuangan sampah, karena sampah organik menghasilkan metana saat membusuk.
- Mendorong pengurangan plastik sekali pakai dan penggunaan alternatif ramah lingkungan.
- Mendukung inisiatif untuk mendaur ulang limbah elektronik, yang mengandung bahan berbahaya yang dapat membahayakan lingkungan jika dibuang dengan tidak benar.
Melalui langkah-langkah yang telah diuraikan diatas yuk kita berkolaborasi bersama-sama untuk mengurangi jejak emisi karbon, untuk mengurangi perubahan iklim, melindungi lingkungan kita dan memastikan dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang merupakan tanggung jawab kita loh! Jika tidak bertindak sekarang, kapan lagi?
[1] McGrath, Matt. “Perubahan iklim: Suhu terpanas dalam sejarah, gelombang panas lebih intens, laporan IPCC berisi ‘kode merah bagi umat manusia.’.” BBC News (2021).
[2] Ibid.
[3] Matheus, Juan, and Nadya Frisca Delicia. “Implementation of the Carbon Tax Policy in Indonesia.” Ajudikasi: Jurnal Ilmu Hukum 7, no. 1 (2023): 91-114.