Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Balikpapan menemui tantangan dan rintangan, termasuk di antaranya fasilitas sarana pendukung pemukiman. Beberapa calon penghuni rumah murah atau dikenal Rumah Jokowi mengeluhkan fasilitas air bersih dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) yang tak kunjung ada.
Pengembang Pesona Bukit Batuah di Kelurahan Graha Indah Edi Djuwadi mengungkapkan, terkait persoalan air bersih untuk perumahan semua bergantung PDAM Kota Balikpapan. Pengembang rumah MBR sudah mengajukan permohonan baik secara lisan maupun tulisan, namun sampai sekarang tidak ada respon positif.
“Sudah mohon kepada PDAM beberapa kali. Sering buat permohonan. Sampai sudah capek saya. Selama ini PDAM diam saja, tidak mau respon. Kalau tidak mampu bilang saja. Kalau tidak mampu nanti kami bisa cari jalan keluar lain,” ujarnya kepada Tribun, Senin (4/12).
Tidak semestinya PDAM menunggu keramaian penduduk di perumahan. Pengadaan air bersih seharusnya segera dibuat, tidak perlu ada pembangunan ribuan unit rumah. PLN Negara bisa lakukan, sebelum ada rumah sudah bangun jaringan namun tidak dengan PDAM.
“Masa harus tunggu rumah banyak dahulu baru mau buat saluran air. Kami akan banyak bangun nanti sampai empat ribuan rumah. Ke depan akan banyak yang tinggal. PDAM tidak perlu takut,” tuturnya.
Seharusnya, PDAM melihat sebagai peluang. Banyaknya konsumen yang mengambil rumah MBR menjadi potensi pendapatan baru bagi PDAM dalam penyediaan jasa air bersih. Bukan sebaliknya, PDAM takut melakukan terobosan.
“Kalau menunggu sampai ribuan unit rumah nanti siapa yang mau datang. Harusnya tidak perlu tunggu banyak. Ada 50 rumah unit PDAM harus berani sambung, jangan diam saja,” kata Edi, yang juga Ketua Real Estate Indonesia wilayah Kota Balikpapan ini.
Saat ditanya mengenai rencana pembangunan Water Treatment Plant (WTP) di lokasi rumah MBR Pesona Bukit Batuah, Edi belum mengambil keputusan secara dini. Masih menunggu PDAM yang sampai sejauh ini belum ada jawaban apakah PDAM mampu atau tidak.
Berdasarkan proyek pengerjaan, rumah MBR di Pesona Bukit Batuah sudah rampung 700 unit rumah. Sisanya masih dalam proses pembangunan, rencananya akan mencapai empat ribu unit rumah.
Pengembang rumah MBR lainnya, Susilo Nurdianto pun mengungkapkan, selain pengadaan air bersih dari PDAM, persoalan lain yang membelit ialah pembebasan tanah. Susilo mengembangkan perumahan subsidi ini di kawasan Jl Soekarno Hatta bernama Perumahan Batu Ratna Indah.
“Pembebasan lahan selalu kendala. Tiap saat susah lakukan pembebasan lahan. Sulitnya soal negosiasi harga. Membebani kami selaku pengembang. Pemerintah tidak tangani pembiayaan subsidi pembebasan lahan,” ungkapnya kepada Tribun.
Sebagai contoh, setiap bulan harga tanah berubah, harganya terus semakin naik. Ketika pengembang akan melakukan perluasan perumahan tentu saja terkendala harga, mengingat menjalankan usaha properti rumah MBR tidak terlalu banyak untungnya, tidak seperti rumah komersil.
“Saya beri gambaran awal Rp 50 ribu per meter nanti harga tanah per meternya di tahun depan bisa naik sampai tiga kali lipat. Kalau sudah naik kami terhambat, tidak bisa tambah lagi unit rumah,” ujarnya.