Petugas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengaku alami kendala untuk menjangkau sumber air dan akses menuju lokasi kebakaran. Selain itu, kecepatan angin yang tinggi menyebabkan kebakaran tidak mudah untuk segera dipadamkan.
Hal ini terjadi Sumatera Selatan, dimana Manggala Agni kembali melakukan pemadaman kebakaran lahan di Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir. Pemadaman dilakukan bersama TNI, Polri, Masyarakat Peduli Api (MPA)/Satgas Desa dengan dukungan Satgas Udara melalui upaya water bombing dengan menggunakan dua unit pesawat helly.
“Berdasarkan laporan dari petugas di lapangan, luas lahan yang terbakar seluas tiga hektar. Upaya pemadaman kebakaran yang terjadi di atas lahan gambut yang ditumbuhi semak belukar ini memerlukan waktu sekurangnya lima jam,” kata Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Djati Witjaksono Hadi, seperti dikutip dari laman PPID KLHK, Minggu (13/8/2017).
Untuk membantu upaya pemadaman di wilayah yang masih mengalami karhutla di Sumatera Selatan, upaya teknologi modifikasi cuaca (hujan buatan) dilakukan oleh satgas udara. Pesawat CN212 PK-PCT terbang sebanyak satu kali dan menggunakan sebanyak satu ton bahan semai untuk mengupayakan hujan buatan di atas wilayah Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir.
Sejak awal Juni di Sumatera Selatan, upaya hujan buatan telah dilakukan sebanyak 60 kali terbang dan menggunakan 59,6 ton bahan semai untuk menekan potensi karhutla di provinsi ini, khususnya di atas wilayah Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, PALI, Muara Enim, Ogan Komering Ulu Timur, dan Kota Palembang.
Upaya pemadaman juga dilakukan pada lahan seluas lebih kurang tiga Ha di Gunung Guntur, pada Jumat malam (11/8/2017), tepatnya di Blok Tegal Malaka dan Blok Naringgul, Desa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kebakaran diantisipasi dengan cepat oleh tim gabungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat melalui Tim Dalkar Seksi Konservasi Wilayah (SKW) V bersama pihak TNI, Polri dan masyarakat.
Pemadaman dilakukan dengan menggunakan gepyokan yang dibuat dari ranting-ranting basah, dilanjutkan dengan penyisiran dan mop-up untuk memastikan tidak ada bara api yang menyebar. Kejadian ini diduga terjadi karena kesengajaan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pada kesempatan lain, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) KLHK, Raffles B Panjaitan menyampaikan bahwa selain dilakukan petugas di lapangan, pengecekan hotspot dan karhutla juga dipantau dari pusat melalui citra satelit yang selanjutnya akan dilakukan pengecekan langsung oleh tim dari Direktorat PKHL
“Seperti yang dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2017 yang lalu di Kalimantan Selatan tepatnya di Hulu Sungai Selatan. Tim melakukan groundcheck berdasarkan data citra satelit. Hasil dari groundcheck tersebut ditemukan areal bekas kebakaran yang diduga terjadi pada akhir Juli – awal Agustus,” terang Raffless.
Di Provinsi rawan karhurtla yang lain, seperti Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat, Manggala Agni bersama TNI, Polri dan Masyarakat Peduli Api (MPA) terus melakukan pemantauan lapangan dan sosialisasi pencegahan kepada masyarakat di desa-desa rawan karhutla melalui Patroli Terpadu yang sudah dilaksanakan sejak bulan Mei lalu. Sementara di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, Patroli Terpadu juga sudah mulai dilaksanakan sejak dua hari lalu.