Sanggar Swargaloka Jakarta akan tampil di acara pembuka Festival Seni Qasidah Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah VII Tahun 2018. Menampilkan tari kolosal bertema Kebersamaan Dalam Kebhinnekaan dengan judul “Satu Jiwa”.
Melibatkan lebih dari 300 seniman muda, lintas etnik, dan lintas agama, yang sebagian besar adalah seniman muda, para pelajar dari daerah Kabupaten Lamandau. Kolaborasi seni budaya ini akan digelar di Lapangan Kantor Bupati Lamandau, Sabtu, 7 Juli 2018, pukul 19.00 WIB.
Festival Seni Qasidah Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan Lembaga Seni Qasidah Indonesia (LASQI) Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah.
Menurut Pimpinan Produksi pergelaran ini, Suryandoro, S.Sn, dari Sanggar Swargaloka, proses persiapan pergelaran akbar ini sudah dilaksanakan sejak dua bulan lalu.
Dari mulai proses supervisi, administrasi, hingga ke hal teknis dan pelatihan.
“Kegiatan ini tidak semata-mata mengisi ruang panggung, serta menempatkan para seniman sebagai penampil. Melainkan ada proses transmisi; edukasi, antara kami seniman dari Jakarta, dengan adik-adik pelajar di Lamandau,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Minggu (24/6/2018).
Para pelajar di Lamandau ini mendapat pelatihan seni tari selama beberapa minggu, yang dilatih oleh para penggiat seni tari profesional dari Sanggar Swargaloka Jakarta.
Setelah itu mereka akan tampil kolaborasi di acara pembuka Festival Seni Qasidah Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah VII Tahun 2018.
Pergelaran tari kolosal ini merupakan karya persembahan, koreografer muda berbasis seni tradisi, Bathara Saverigadi Dewandoro.
Seniman muda ini sebelumnya sukses menampilkan drama tari kolosal Indonesia Jaya dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-72 Republik Indonesia, di depan Istana Negara, Jakarta, tahun 2017 lalu.
Di tahun yang sama Bathara juga sukses menggelar drama musikal kolosal Tekad Indonesia Jaya, di The Kasablanka Hall Kuningan Jakarta Selatan, dalam rangka TNI-AU Award 2017.
Pergelaran tari kolosal bertema Kebersamaan Dalam Kebhinnekaan dengan judul “Satu Jiwa” ini, seakan menjadi trilogi gagasan yang dikedepankan Swargaloka, tentang pentingnya menyikapi berbagai perbedaan. Segala bentuk perbedaan harus terbingkai dalam filosofi Bhinneka Tunggal Ika.
“Keragaman etnik dan budaya menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang unik dan menarik. Keanekaragaman ini menjadi tantangan untuk dieksplorasi menjadi sebuah karya seni,” ujar Suryandoro.
Melalui karya seni ini, Suryandoro, berharap pihaknya dapat memberi sumbangan gagasan kreatif dan menciptakan solidaritas kultural.
“Seni yang memberi substansi, pemahaman dan kohesi pada solidaritas kultural dengan menciptakan tren-tren pluralis di masyarakat,” ujarnya menutup wawancara.