Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan mendorong masyarakat yang mengelola hutan tanaman rakyat untuk mengembangkan tanaman gaharu yang merupakan bahan baku minyak wangi.
Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Hanif Faisol Nurofiq di Banjarbaru Rabu (25/10), mengatakan, tanaman gaharu saat ini telah dikembangkan hampir di seluruh hutan tanaman rakyat (HTR) Kalsel, mulai dari Tabalong hingga Kotabaru.
“Hampir seluruh wilayah di Kalsel, kini memiliki tanaman gaharu, karena tanaman ini memiliki nilai ekonomis cukup tinggi,” katanya. Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi, yang dibangun oleh kelompok masyarakat, untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan.
Provinsi Kalimantan mulai fokus mengembangkan tanaman gaharu endemik varietas Aquilaria Microcarpa sejak beberapa tahun lalu. Pengembangan tersebut, tambah dia, karena permintaan pasar terhadap gahuru masih cukup besar, baik untuk pasar lokal maupun internasional.
Menurut dia, dari informasi yang didapatkan, berapapun produk gaharu yang dihasilkan akan habis dipesan oleh pedagang. Saat ini, kata dia, pasar paling besar gaharu adalah Timur Tengah, di negara tersebut, kebutuhan terhadap hasil olahan gaharu cukup besar, sementara mereka tidak memiliki pohon atau potensi kawasan hutan tanaman bahan baku minyak wangi tersebut.
Sedangkan di negara lain, tambah dia, juga menjadi potensi pemasaran yang cukup luas, karena gaharu merupakan bahan baku pembuatan minyak harum.
Saat ini, tambah dia, pihaknya terus berupaya meningkatkan kualitas tanaman dan hasil produksi pascapanen, untuk meningkatkan kualitasnya, sehingga mendongkrak pendapatan petani. “Tentang luasan penanaman pohon tersebut, saya tidak ingat pasti, nanti akan segera kita berikan,” katanya.
Hanya saja tambah dia, sumber daya manusia yang bakal mengelola sektor kehutanan rakyat tersebut cukup besar. “Saat ini, terdapat sekitar 200 kelompok tani yang mengelola sektor kehutanan, setiap kelompok minimal beranggotakan 25 orang,” katanya.
Selain itu, juga terdapat sekitar 400 orang penyuluh swadaya yang bakal membantu petani dalam meningkatkan berbagai potensi yang bernilai ekonomis tinggi. “2018 ini, kami akan melakukan pelatihan cara pengelolaan dan peningkatan kualitas produksi gaharu, sehingga bernilai dengan kwalitas tinggi,” katanya.