Pengerukan sedimen di Waduk Benanga, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, dipastikan berjalan tahun ini. Kegiatan tersebut terasa nendesak karena waduk tersebut dari tahun ke tahun semakin dangkal.
Awalnya, program itu akan mengeruk 1,6 juta meter kubik lumpur di waduk. Belakangan, ada perubahan. Ya, Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III selaku pelaksana program dikabarkan berencana mengeruk hingga 1,87 juta meter kubik. Hal itu diungkapkan Asisten II Sekretaris Kota (Sekkot) Samarinda Endang Liansyah.
Menurut dia, lumpur sebanyak itu akan dibuang di Trek Dayung. Ada lahan warga sekitar 20 hektare di sana cukup memadai untuk tempat membuang hasil pengerukan. “Warga (pemilik lahan, Red) sudah bersedia,” ujarnya.
Meski begitu, warga meminta agar tanah hasil kerukan waduk dirapikan. Pasalnya, kini posisi lahan miring dan bergelombang. “Itu saja permintaan warga, tidak ada tuntutan lain. Kami sudah membuat surat pernyataan bersama warga terkait ini,” jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, staf ahli BWS Kalimantan III Eko Wahyudi mengatakan, pengerukan dimulai pada Mei mendatang. “Kami masih menunggu alat pengeruk. Kami mendapat pinjaman tiga unit dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,” ucapnya.
Sebenarnya, lanjut dia, pengerukan ini memerlukan anggaran Rp 60 miliar dengan waktu pekerjaan tiga tahun. Diyakini umur waduk akan bertambah 15 tahun jika wacana terlaksana. Namun, pengerjaan hanya menggunakan dana swakelola BWS Kalimantan III yang belum diketahui berapa nilainya.
“Tapi, pekerjaan selalu ada setiap tahun. Ini lebih efektif dari segi pembiayaan. Kan alat pengeruk milik pemerintah,” ungkapnya.
Ditanya mengenai nilai dana swakelola, Eko mengaku belum mengetahui secara pasti. Namun, untuk tahap awal, dia memperkirakan mendapat Rp 1 miliar. Tapi, angka tersebut bisa saja bertambah. “Yang jelas, pekerjaan dimulai Mei. Sekarang alat berat dalam proses pengiriman,” bebernya.
Dia menilai, dengan pengerukan berdampak baik bagi waduk. Selain umur waduk bertambah, daya tampung air juga bertambah. “Kualitas air secara otomatis ikut meningkat. Apalagi PDAM (perusahaan daerah air minum) kerap menggunakan air waduk untuk diolah,” pungkasnya.