Pada pekan depan, konflik di Timur Tengah masih menjadi perhatian pasar global. Perang antara Israel dan Hamas telah memasuki pekan kelima dan keduanya tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Tidak hanya itu, beberapa data ekonomi penting pun dirilis pada pekan depan.
Sebelumnya, Kepala staf Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi mengunjungi pasukan di Gaza pada Sabtu setelah mereka menyelesaikan pengepungan kota terbesarnya.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan pasukan Israel bertempur “keras” di dalam Gaza. Dia mengatakan mereka “beroperasi dari selatan dan utara (Kota Gaza) dan telah memasuki wilayah padat penduduk”.
Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas sebagai hukuman atas serangan brutalnya pada tanggal 7 Oktober terhadap komunitas dan pos-pos militer di dekat perbatasan Gaza, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.
Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan di Gaza, yang dijalankan oleh Hamas, mengatakan lebih dari 9.480 warga Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan Israel dan kampanye darat yang makin intensif.
Pertempuran tersebut telah memicu protes anti-Israel di seluruh dunia, dan oposisi politik dari negara-negara utama di kawasan, termasuk Turki yang berpengaruh, yang pada Sabtu menarik duta besarnya dari Israel.
Adapun, sekutu Palestina, Turki, telah memperbaiki hubungan yang rusak dengan Israel hingga dimulainya perang Israel-Hamas pada bulan lalu.
Namun tidak hanya perihal konflik Timur Tengah, pada pekan depan, beberapa data ekonomi penting akan dirilis dan beberapa agenda penting juga akan digelar.
Pada Senin, berdasarkan kalender ekonomi Trading Economics, akan dirilis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksi lebih rendah baik secara kuartalan maupun tahunan dibandingkan periode sebelumnya.
Konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics menyatakan bahwa PDB Indonesia secara tahunan akan menjadi 5,05% untuk kuartal-III 2023. Sementara pada kuartal-II 2023 tercatat PDB Indonesia sebesar 5,17% year on year/yoy.
Pada Selasa, data penting perihal neraca dagang termasuk ekspor dan impor datang dari China. Diproyeksikan bahwa ekspor dan impor China masih berada dalam zona negatif secara tahunan namun sudah mulai terdapat perbaikan.
Hal ini menjadi penting bagi ekonomi Indonesia mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan salah satu tujuan ekpor utama Indonesia. Maka dari itu, jika ekonomi China mulai membaik, maka hal positif pun akan terjadi di perekonomian domestik.
Sementara di hari Rabu, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Diperkirakan IKK Indonesia kembali menurun dan menjadi sekitar 121,1 dari periode sebelumnya yang berada di angka 121,7.
Hal yang tak kalah penting yakni pidato yang akan dibawakan oleh ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell pada malam hari waktu Indonesia.
Pidato tersebut akan ditunggu pelaku pasar khususnya kebijakan suku bunga dan sikap The Fed yang akan berdampak pada bank sentral di berbagai negara termasuk BI.
Di hari Kamis, China akan merilis data Consumer Price Index (CPI) secara bulanan dan tahunan. Pasar memproyeksi CPI China akan berada di level 0,2% baik secara bulanan maupun tahunan.
Pada malam hari waktu Indonesia, AS akan merilis data ketenagakerjaan perihal klaim pengangguran awal dan klaim pengangguran lanjutan. Hal ini menjadi sorotan pelaku pasar untuk mengetahui apakah AS masih ketat dan solid dalam ketenagakerjaannya atau tidak.
Terakhir di Jumat pekan depan, menjadi hari di mana Inggris akan merilis pertumbuhan ekonominya secara bulanan dan tahunan serta produksi industri yoy dan produksi manufaktur yoy.
Adapun di Indonesia, sentimen dari Pemilu 2024 atau Pilpres 2024 juga akan masih berlanjut. Meski masa kampanye bagi para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) baru akan dimulai pada pertengahan November, tetapi kini sudah mulai banyak isu terkait visi dan misi capres-cawapres 2024.
Sumber: CNBC Indonesia