Saturday, April 20, 2024
HomeBeritaGoTo Financial pertumbuhan kinerjanya kinclong

GoTo Financial pertumbuhan kinerjanya kinclong

Dengan jumlah saham beredar paling banyak, GOTO memiliki bobot besar dalam menggerakkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Saham decacorn terbesar kebanggaan RI ini banyak dikoleksi para fund manager, masuk daftar portofolio di berbagai reksa dana.

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) tercatat memiliki jumlah saham beredar tembus 1,18 triliun. Jarak dengan emiten posisi berikutnya juga sangat jauh, yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebanyak 343,84 miliar saham, seusai private placement pada 18 Oktober lalu yang menambah jumlah saham 200 miliar.

GOTO menerapkan nilai nominal terendah yakni Rp 1 per saham, namun harga saat initial public offering (IPO) 11 April lalu mencapai Rp 338. Sempat mengalami koreksi ke Rp 181, pada perdagangan kemarin ditutup Rp 190 dan masih menduduki 7 besar dengan kapitalisasi pasar menembus Rp 225 triliun, mengalahkan PT Unilever Indonesia Tbk — dari grup raksasa multinasional yang bermarkas di Eropa — di posisi kesembilan.

Kini, GOTO berupaya memfasilitasi investor lama pra-IPO yang berniat melepas saham ketika lock up sahamnya dibuka pada 30 November mendatang, lewat penjualan kepada investor strategis melalui pasar negosiasi. Pembahasan penjualan saham skema ini dikabarkan senilai Rp 15,5 triliun, termasuk dengan perusahaan teknologi terbesar Tiongkok Alibaba dan konglomerasi Jepang Softbank yang bergerak di sektor teknologi, keuangan, plus energi.

Merujuk pada prospektusnya, jumlah saham GOTO yang beredar di masyarakat sebanyak 40,6 miliar atau setara 3,43%. Tercatat ada 745,6 miliar saham yang terkena lock up digenggam oleh pihak-pihak dengan kepemilikan kurang dari 5%, sehingga setelah dibuka, jumlah saham free float akan bertambah menjadi 66,3%. Artinya, ada tambahan free float 62,96 persen poin.

Langkah apa yang akan dilakukan para investor lama ini menjadi sorotan. Lepas dari itu, bagaimana sebenarnya prospek GOTO?

Saat ini, bisnis inti GOTO yang menjadi ikon perusahaan teknologi Indonesia itu ditopang tiga pilar, yakni layanan on demand (Gojek), e-commerce (Tokopedia), serta payment dan teknologi finansial (GoTo Financial). Gojek memiliki mitra pengemudi terbanyak di Indonesia sekitar 2,6 juta dan lebih dari 1 juta mitra usaha GoFood, per Juli 2022. Tokopedia juga merajai e-commerce marketplace.

Demikian pula GoTo Financial pertumbuhan kinerjanya kinclong, ditopang terutama sinergi GoPay dan GoPayLater. Pengembangannya juga membantu mendukung peningkatan inklusi keuangan di Tanah Air, di mana diharapkan setiap anggota masyarakat mempunyai akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas.

Dengan didukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia yang melesat, menjadi US$ 146 miliar (sekitar Rp 2.059 triliun) pada 2025 atau dua kali lipat lebih dari posisi tahun lalu, maka prospek bisnis GOTO sangat cemerlang. Tak heran, sahamnya masuk dalam daftar portofolio banyak reksa dana.

Itu sebabnya, sangat penting untuk mengawal agar harga saham GOTO tidak hancur saat lock up saham investor lama dibuka, termasuk guna menjaga kepercayaan investor ritel kita yang baru tumbuh. Selain itu, lewat e-commerce marketplace, perusahaan juga mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah, termasuk membantu para petani di pelosok Nusantara, sepanjang ada jaringan internet yang menjangkau.

Tokopedia sebagai marketplace juga membuka akses bagi semua usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjual barangnya. Demikian pula semua pembeli boleh masuk untuk mendapatkan barang berkualitas dengan harga terbaik.

Perusahaan tidak hanya mempertemukan para pembeli dan penjual seperti di pasar tradisional, namun juga dipercanggih seperti model pasar modal yang semakin menjamin kecepatan dan ketepatan mutu. Bekerja sama dengan berbagai pihak, pembeli bisa dilayani cepat dengan membangun pergudangan di banyak wilayah, sehingga membantu masyarakat daerah. Nilai transaksi bruto (gross transaction value/GTV) di ekosistem digitalnya terus meningkat, mencapai Rp 150,5 triliun pada kuartal II-2022, melonjak 39% dibandingkan triwulan sama tahun lalu.

Gojek pun sangat membantu transportasi, mengingat angkutan umum tak bisa menampung semua penumpang terlebih pada jam-jam sibuk. Jika mitra pengemudinya mogok, bisa dipastikan banyak pelajar terlambat sekolah dan pegawai kesiangan masuk kantor. Itulah sebabnya, akhirnya pemerintah mengizinkan sepeda motor dioperasikan untuk mengangkut penumpang.

Dengan menyediakan pengiriman cepat, pesanan makanan dan minuman pun terus melonjak, menghidupi bisnis warung-warung kecil hingga restoran bergengsi. Hal ini juga didukung layanan GoPay yang membentuk ekosistem fintech yang semakin kuat.

Oleh karena itu, keberadaan decacorn asli Indonesia ini harus didukung semua pihak. Pertama, manajemen GOTO harus meningkatkan kinerjanya, dengan meningkatkan revenue dan menekan biaya agar cepat menghasilkan laba. Pasalnya, pada akhirnya perusahaan harus tetap berujung pada laba.

Jangan hanya melihat prospek dalam 10 tahun ke depan, namun manajemen harus bisa menentukan kapan perusahaan akan untung. Perusahaan harus menciptakan kinerja fundamental yang baik, sebagaimana dilakukan emiten-emiten besar yang lain, seperti PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan Astra International Tbk yang semuanya mencetak laba.

Kedua, perusahaan besar pemegang saham pra-IPO juga perlu menjaga saham GOTO untuk keadilan. Mereka ini sudah untung besar waktu IPO, sehingga jangan sampai mengambil keuntungan lagi dari banyak investor ritel yang sudah rugi begitu dalam, seiring anjloknya saham di bawah harga penawaran umum perdana.

Perusahaan-perusahaan besar ini justru perlu melancarkan aksi beli untuk setidaknya menahan harga GOTO. Jangan memaksa investor ritel harus menahan investasi sampai 15-20 tahun ke depan, namun cukup hold sampai akhir tahun ini hingga harga kembali mendekati Rp 400. Jika tidak, maka GOTO hanya tercatat menjadi ‘national flag carrier’, tapi membunuh investor ritel dan kepercayaan masyarakat kecil yang tengah belajar berinvestasi. 

RELATED ARTICLES

TRANSLATE

Most Popular