Saturday, July 20, 2024
HomeKalimantan SelatanTiga Daerah di Kalimantan Selatan Masih Belum Bebas dari Serangan Malaria

Tiga Daerah di Kalimantan Selatan Masih Belum Bebas dari Serangan Malaria

Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN), tak lepas dari kejadian 12 November 1959. 

Pada saat itu, satu kegiatan massal yang dikenal dengan nama Kopem, yaitu Komando Operasi Pemberantasan Malaria.

Dilakukan penyemprotan dari rumah ke rumah di seluruh Jawa, Bali dan Lampung untuk pemusnahan nyamuk malaria. 

Penyemprotan secara simbolis dilakukan Presiden Soekarno pada 12 November 1959 di Desa Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta.

Kepala Bidang Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan ( P2P Dinkes Kalsel ), Syahriani Noor, Sabtu (12/11/2022), membenarkan awal mula HKN dari penyemprotan massal tersebut.

Kalimantan Selatan, diakuinya, juga menjadi daerah endemik malaria. Namun kini tersisa tiga daerah yang belum bisa Bebas Malaria, yakni Kabupaten BalanganKabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru.

Penyebabnya, tak lain karena aktivitas di dalam hutan dan saat malam, yakni tambang dan kayu.

“Sebanyak 10 dareah di Kalsel sudah Bebas Malaria, tinggal tiga kabupaten yang belum, yaitu Kabupaten BalanganKabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru. Kasus ini terkendali karena edukasi yang sudah lama kami lakukan,” ujarnya.

Kategori masyarakat yang rentan malaria di Kalsel, sebutnya, adalah masyarakat yang bekerja di perusahaan tambang dan pencari kayu atau perusahaan kayu.

Hanya kategori ini yang biasa aktif di kawasan hutan pada saat malam. Pasalnya, nyamuk malaria adalah nyamuk yang aktif saat malam.

Sehingga, pengendalian penyakit ini lebih mudah dilakukan. “Para pekerja ini selalu diingatkan. Perusahaan tentu tak mau rugi dengan karyawannya yang sakit karena malaria. Karena itu, edukasi dari kami juga didukung swasta,” tambahnya.

Pada peringatan ini, ujar Syahriani, Dinkes Kalsel bersama pemerintah daerah biasanya membagikan kelambu antimalaria yamg dibagikan di daerah endemik dan nonendemik.

“Bagi daerah yang non endemik malaria, tetap harus waspada juga. Jangan sampai sudah tereliminasi dari daerah malaria,  malah muncul kejadian luar biasa,” sebutnya.

Saat ini Annual Parasite Insiden (API) malaria Kalsel, rinci Syahriani, kurang dari 1 persen. Dengan demikian, Kalsel dikategorikan sebagai daerah terkendali malaria.

Meski masuk dalam program lama, ia  mengingatkan,  tapi upaya pengendalian malaria masih mendapatkan anggaran.

Terlebih selain Tuberculosis dan AIDS, malaria juga termasuk dalam penyakit yang mendapatkan anggaran dari Non Government Organization (NGO).

Tiga daerah yang masih ditemukan malaria, kata Syahriani, pada 2023 akan mengikuti asesmen menjadi daerah Bebas Malaria.

Kriteria daerah bisa dikatakan Bebas Malaria, jika dalam tiga tahun berturut-turut tidak ada kasus malaria.

“Jika ada terdeteksi kasus, sesegera mungkin ditangani. Dan cek, apakah kasus asli dari daerah Kalsel atau dari luar. Karena, bisa saja itu bawaan dari orang yang melakukan perjalanan. Namun Dinkes Kalsel menargetkan pada 2028 telah bebas dari malaria,” pungkasnya. 

Sumber: Tribun Banjarbaru

RELATED ARTICLES

TRANSLATE

Most Popular