Saturday, July 20, 2024
HomeBeritaCadangan Logam Tanah Jarang atau Rare Earth di Indonesia, Kalimantan Juga Punya

Cadangan Logam Tanah Jarang atau Rare Earth di Indonesia, Kalimantan Juga Punya

Seiring makin populernya kendaraan bertenaga listrik, logam tanah jarang atau di barat disebut rare earth makin banyak diperbincangkan.

Pasalnya logam tanah jarang menjadi salah satu bahan baku vital dalam produksi berbagai elektronik mulai dari ponsel hingga kendaraan listrik.

Saat ini, China menjadi salah satu penyuplai terbesar rare earth yang digunakan di berbagai sektor industri moderen di dunia termasuk di Amerika dan Eropa.

Ketegangan atau tensi tinggi antara barat dalam hal ini Amerika dengan China membuat adanya kekhawatiran perihal kondisi ketergantungan suplai logam tanah jarang yang masih dimonopoli China.

Januari 2023, Swedia baru saja menemukan cadangan logam tanah jarang yang sangat besar.

Penemunya adalah perusahaan BUMN Swedia, Luossavaara-Kiirunavaara Aktiebolag (LKAB).

Mereka menemukan cadangan logam tanah jarang di sekitar tambang bijih besi di Kiruna yang terletak di ujung Utara negara tersebut.

Penemuan cadangan raksasa logam tanah jarang di Swedia ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan dari China.

Beijing selama ini kerap menggunakan ‘diplomasi’ logam tanah jarang untuk menekan negara-negara Uni Eropa.

Sebagai informasi saja, Cina mendominasi pasar logam tanah jarang dengan memproduksi lebih dari 80 persen kebutuhan global dan menyuplai Eropa dengan sekitar 95 persen dari pasokannya.

Mengenal logam tanah jarang (rare earth)

Sesuai namanya, rare earth atau tanah jarang adalah logam yang langka dan hanya segelintir negara di dunia yang memilikinya.

Logam tanah jarang merupakan mineral yang bersifat magnetik dan konduktif, banyak digunakan di perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, speaker, dan lain-lain.

Selain itu, logam tanah jarang juga dimanfaatkan untuk sektor lainnya, mulai dari bidang kesehatan, otomotif, penerbangan, hingga industri pertahanan.

Banyak senjata militer canggih diproduksi dengan komponen yang harus dibuat dengan rare earth.

Sebagai perumpamaan saja, tanpa suplai logam tanah jarang, maka produsen ponsel bisa berhenti beroperasi.

Rare earth permintaannya bakal semakin meningkat seiring masifnya tren kendaraan berbasis listrik.

Namun, nyaris tak ada perusahaan di dunia yang secara khusus menambang logam tanah jarang.

Ini karena rare earth adalah bijih tambang ikutan, alias merupakan hasil sampingan dari komoditas tambang lain.

Biasanya, logam tanah jarang secara tak sengaja ikut ditambang bersamaan dengan nikel, bauksit, maupun timah.

Rare earth baru didapatkan saat perusahaan tambang melakukan ekstraksi atau proses pemisahan.

Penambangan logam tanah jarang hampir serupa dengan proses mendapatkan emas yang juga kerap dijadikan sebagai produk sampingan, saat perusahaan menambang logam lainnya.

Logam tanah jarang di Indonesia

Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang menguasai sumber daya logam tanah jarang, meski jumlahnya relatif sedikit.

Cadangan logam tanah jarang banyak ditemukan di Bangka Belitung dan Kalimantan.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Irwandy Arif, menjelaskan rare earth memang lebih tinggi harganya ketimbang lithium yang seringkali disebut-sebut sebagai mineral masa depan yang diincar banyak negara.

Arif yang juga Guru Besar Teknik Pertambangan ITB itu mengatakan logam tanah jarang di Indonesia diperoleh dari mineral monazit dan xenotime.

Keduanya bisa diperoleh dengan mengektrak logam timah yang ditambang di Pulau Bangka dan Belitung.

“Selama ini tanah jarang belum dioptimalkan oleh perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia, belum ada yang fokus usaha di pertambangan rare earth.

Hanya dianggap sebagai produk sampingan dari timah,” terang Arif dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Selain di Bangka Belitung, lanjut dia, rare earth juga banyak ditemukan di daratan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Namun jenis mineral penyusun logam tanah jarang di Pulau Borneo berbeda dengan yang ditemukan di pertambangan milik PT Timah (Persero) Tbk.

“Rare earth juga mudah ditemukan di Kalteng dan Kalbar, namun berbeda dengan di Bangka Belitung, di Kalimantan mineral ini berasal dari zirkonium,” jelas Arif.

Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) ini berujar, logam tanah jarang adalah logam yang memiliki peran sangat strategis di masa depan.

Ini karena hampir seluruh perangkat elektronik dengan teknologi tinggi, membutuhkan logam tanah jarang.

Logam tanah jarang juga bisa bersifat radioaktif, dan mengandung oksida yang tinggi.

“Rare earth banyak dipakai untuk pembuatan mobil listrik, handphone, sensor, (perangkat) komputer, super konduktor, dan berbagai keperluan militer,” ungkap Arif.

Namun yang perlu digarisbawahi, sambungnya, Indonesia tidak memiliki cadangan rare earth yang melimpah.

Selain itu, logam tanah jarang juga lebih banyak terkonsentrasi di Bangka Belitung, Kalteng, dan Kalbar.

Jadi meski dioptimalkan sekalipun, produksi mineral tanah jarang di Indonesia tak terlalu signifikan di pasar global.

Dan kurang bisa dijadikan sarana diplomasi sebagaimana nikel maupun timah ke negara lain.

“Jadi Indonesia sebenarnya bukan pemain besar untuk rare earth, karena cadangan logam tanah jarang Indonesia tak terlalu signifikan.

Itu pun selama ini dianggap sebagai mineral ikutan dari timah,” kata dia.

Arif mencatat, negara dengan cadangan tanah jarang terbesar yakni China. Negeri Tirai Bambu menguasai 44 juta metrix ton sumber daya tanah jarang.

Berikutnya negara dengan cadangan tanah jarang paling besar yaitu Brasil 22 juta metrik ton, Vietnam 22 juta metrik ton, Rusia 12 juta metrik ton, dan India 6,9 juta metrik ton.

“Cadangan logam tanah jarang di Indonesia hanya sekitar 22.000 metrik ton.

Selain itu, belum ada data cadangan baru yang ditemukan,” ucap Arif.

Source : Achmad Maudhody





RELATED ARTICLES

TRANSLATE

Most Popular