Wednesday, October 16, 2024
HomeBeritaEkonomi Inggris Suram, Inflasi Tak Terbendung-Lebih Buruk dari Rusia!

Ekonomi Inggris Suram, Inflasi Tak Terbendung-Lebih Buruk dari Rusia!


Inggris menghadapi resesi di satu sisi, dan di sisi lain ketidakjelasan kondisi perekonomian tahun depan.

Para petugas transportasi dan kesehatan telah menggelar mogok kerja yang mencerminkan ketidakpuasan sosial atas situasi ekonomi di negara itu.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang saat ini mendekati nol dan inflasi lebih dari 10%, prospek tahun ini tidak membuat optimistis.

Organisasi seperti Lembaga Pertanggungjawaban Anggaran Inggris dan Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Inggris akan berkontraksi pada tahun 2023.

Jika perkiraan itu menjadi kenyataan, Inggris bisa menjadi satu-satunya negara ekonomi besar yang mengalami resesi.

Bahkan Rusia, kendati menghadapi berbagai masalah ekonomi akibat perang di Ukraina, bisa lolos dari hantaman resesi.

Alih-alih memperbaiki situasi seiring berjalannya tahun, ada empat faktor yang terus mengganggu keuangan warga Inggris dan menunjukkan keadaan ekonomi yang buruk.

1. Kurangnya makanan segar di supermarket
Penjatahan telur terjadi dan sekarang banyak rumah tangga Inggris kesulitan mendapat tomat, selada, dan sejumlah sayuran segar lainnya.

Inggris adalah ekonomi terbesar keenam di dunia tetapi tidak bisa menyediakan salad untuk warganya, kata surat kabar Inggris, Financial Times.

Ini bukan pertama kalinya terjadi kelangkaan bahan makanan di supermarket Inggris. (Getty Images)

Susahnya mendapatkan beberapa produk makanan membuat banyak konsumen mendatangi sejumlah supermarket demi mengisi keranjang belanja mereka.

Dihadapkan pada kekurangan selada, tomat, paprika, mentimun, brokoli, kembang kol, dan raspberry, supermarket-supermarket di Inggris menjatah penjualan sayuran dan buah.

Campuran berbagai faktor telah menyebabkan keadaan ini.

Harga pupuk, produksi buah dan sayuran yang lebih rendah di Spanyol dan Maroko, beserta masalah transportasi dan kekurangan pekerja pertanian musiman telah membuat rantai pasok berada di bawah tekanan.

Program visa pekerja sementara memungkinkan pekerja untuk tinggal di Inggris selama enam bulan. Sebelum Brexit, mereka bisa datang dan pergi dari negara-negara Uni Eropa lainnya, di bawah dari aturan pergerakan bebas.

Sekarang, mereka datang dari negara-negara yang jauh seperti Nepal.

Sarah Schiffling, seorang pakar rantai pasok di Hanken School di Helsinki, mengatakan kepada tim BBC Reality Check bahwa musim tanam untuk tomat di rumah kaca-rumah kaca Inggris adalah sekitar sembilan bulan dari satu tahun.

Visa yang hanya berlaku enam bulan berarti pemilik kebun harus merekrut dan melatih dua kelompok pekerja, yang menambah urusan administrasi dan biaya.

Faktor lainnya ialah biaya energi, yang meroket sejak perang di Ukraina.

Banyak produsen sayuran Inggris memutuskan untuk berhenti berkebun di rumah kaca untuk menghemat ongkos gas dan listrik.

2. Membeli rumah sendiri menjadi lebih sulit dan menyewa properti menjadi lebih mahal
“Perumahan Inggris sekarang kurang terjangkau daripada kapan pun dalam 147 tahun terakhir,” menurut analisis oleh firma investasi Schroders.

Harga rumah di Inggris saat ini adalah yang tertinggi sejak 1876.

Ketika bank sentral di banyak negara telah meningkatkan ongkos meminjam uang dalam upaya mengendalikan inflasi, tetapi Bank Sentral Inggris lebih agresif dengan menaikkan suku bunga 10 kali berturut-turut.

Yang terakhir adalah Februari lalu ketika bank sentral lagi-lagi menaikkan suku bunga sebesar 0,5%, hingga mencapai 4%.

Ini tidak hanya membuat perumahan lebih mahal tetapi juga membuat biaya kontrak rumah jauh lebih tinggi.

Saat warga Inggris tidak mampu membeli rumah, tidak ada pilihan lain selain mengontrak. Akibatnya, harga sewa semakin naik.

“Properti merupakan bagian besar dari harta kebanyakan orang,” papar Gillian Hepburn, direktur Intermediary Solutions di Inggris di Schroders kepada BBC Mundo.

“Generasi muda dengan cicilan rumah harus mencari cara untuk menutupi biaya tagihan bulanan yang lebih tinggi dengan pendapatan yang sama, dan bagaimana dampaknya pada pengeluaran lain.”

Permasalahan bertambah ketika persediaan rumah untuk dijual akan berkurang.

Federasi Pembangun Rumah memperkirakan bahwa laju konstruksi di Inggris dapat segera turun ke level terendah sejak Perang Dunia II.

3. Ekonomi Inggris akan lebih buruk daripada Rusia pada tahun 2023, menurut IMF
Meskipun Inggris sejauh ini berhasil menghindari resesi teknis, “prospek pertumbuhan tetap agak suram dibandingkan negara-negara ekonomi besar lainnya,” kata Stephanie Kennedy, ekonom di Julius Baer.

Sependapat dengan pandangan ini, Steven Bell, kepala ekonom di Columbia Threadneedle Investments mengatakan: “Ekonomi Inggris tampak rentan .”

“Harga energi mungkin akan segera turun di Inggris, tetapi suku bunga yang lebih tinggi telah mengurangi pengeluaran konsumen karena pembayaran cicilan bertambah.”

Menurut dokumen World Economic Outlook Update, yang diterbitkan oleh IMF pada 31 Januari, ekonomi Inggris akan berkontraksi sebesar 0,6% pada tahun 2023.

Inggris akan menjadi satu-satunya yang mengalami kontraksi di antara negara-negara ekonomi besar.

Bahkan Rusia, dengan semua sanksi internasional yang dijatuhkan kepadanya akibat perang di Ukraina, punya prospek yang lebih baik.

Hampir semuanya setuju dengan prakiraan IMF bahwa Inggris akan memasuki resesi pada tahun 2023, meskipun banyak lembaga pemerintah tidak setuju tentang durasi dan kedalamannya.

4. Inflasi tampak tak terbendung
Inflasi Inggris tetap di atas 10% dan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Selain itu, seperti dilansir kantor berita Reuters, inflasi di sektor bahan-bahan makanan pokok mencapai 17,1% dalam empat minggu hingga 19 Februari, tertinggi sepanjang masa.

Analis pasar Kantar mengatakan rumah tangga Inggris rata-rata menghabiskan sekitar US$1.000 (Rp15,4 juta) lebih banyak dalam setahun untuk belanja di supermarket daripada sebelumnya, jika mereka tidak mengubah perilaku belanja mereka untuk menghemat biaya.

Namun, Luke Bartholomew, ekonom senior di Abrdn, percaya bahwa “melihat pertumbuhan harga pangan secara terisolasi memberikan gambaran yang agak menyesatkan tentang gambaran keseluruhan inflasi, yang diproyeksikan akan turun dengan cepat tahun ini.”

“Resesi mungkin akan diperlukan sebelum inflasi perlahan tapi pasti kembali ke target,” imbuh sang pakar.

Berbagai laporan mengatakan investasi di Inggris hari ini akan 25% lebih tinggi jika bukan karena Brexit. (Getty Images)

“Kenaikan upah kalah cepat dari inflasi. Ini sebagian menjelaskan mengapa pertumbuhan kemungkinan akan sangat lemah tahun ini,” katanya.

Ekonomi Inggris tampaknya semakin buruk. Ketika harga naik, pekerja akan menuntut kenaikan upah, sehingga perusahaan akan menaikkan harga-harga dan menyebabkan kenaikan baru.

“Perkembangan terbaru di pasar tenaga kerja menunjukkan bahwa perjuangan Bank of England melawan inflasi tinggi masih jauh dari selesai dan risiko limpahan sangat akut,” kata Silvia Dall’Angelo, seorang ekonom senior di Federated Hermes Limited.

RELATED ARTICLES

TRANSLATE

Most Popular